Allohuakbar...Allohuakbar...Allohuakbar...! Laailaa ha Illolloh huallohhuakbar...Allohuakbar walillaahilham...!!!!
Selamat merayakan Hari raya Idul Fitri 1432 H/2011 M
minal 'aidzin wal faaidzin dan mohon maaf lahir bathin.
Allohuakbar...Allohuakbar...Allohuakbar...! Laailaa ha Illolloh huallohhuakbar...Allohuakbar walillaahilham...!!!!
Noda terkait dengan dosa dan aib terkait dengan hati dimana keduanya sama-sama menuju kepada kekhufuran yang akan menjerumuskan kita ummat akhir zaman. Alloh S.W.T telah menciptakan kita ummatnya, adalah sebaik-baik ummat, telah ditinggikan derajat kita diunggulkan kwalitasnya dengan memberikan rakhmat akal dan hati. Sungguh kita akan sia-sia jika tidak mensukuri nikmat Alloh yang tada taranya. Betapa tidak..! kita telah di indahkan wajah kita tapi masih juga belum bersyukur. Kaki kita telah dikuatkan untuk melangkah dan mencengkeram harta dan kekuasaan, masih juga kita belum bersyukur kepada-Nya. Akankah kita mampu bersyukur? inilah pertanyaan yang sebaiknya kita munculkan dalam hati sanubari kita, untuk kemudian kita terjemahkan dalam perilaku sehari-hari, agar tidak berbuat noda dan aib yang akan membuat kita tertutup hati untuk menerima hidayah Alloh S.W.T.
Wajah akan berseri dengan suka cita kalau kita selalu berbuat indah dengan membangun kebersamaan meski keberadaan kita dalam keadaan kekurangan. Cukup tidaknya diantara kita tergantung ukuran kita untuk memahami anugerah yang dilimpahkan Alloh S.W.T. Ini yang saya katakan sebagai "seberapa jauh kita mampu memahami kehendakNya dengan membaca hidayahNya. Mampukan kita membaca akan kehendak Alloh S.W.T? jawabannya tentu ... Tidak ! Tetapi setidak-tidaknya kita dapan membaca tanda-tanda yang dapat menjadi makna hidayah tersebut. Siapakah yang dapat membacanya? dialah yang tidak tertutup hatiNya. Untuk ini saya mengucapkan selamat bagi Anda yang selalu dibukakan pintu rahmat untuk membaca karunia Alloh S.W.T. Apakah yang menutupi hati sehingga tidak mampu membaca karunia Alloh S.W.T. ?
Selanjutnya ini kita sebut saja sebagai "hijab" yaitu selaput hitam yang menyelimuti hati, diantaranya adalah "kehendak yang menyesatkan kita kejalan yang tidak benar". Apakah ini termasuk nafsu ? ini bukan termasuk nafsu karena sesungguhnya nafsu itu telah terbagi antara :
- Nafsu Amarah
- Nafsu Lowwamah
- Nafsu Mutmainnah
Seperti saya kutip dari bukunya : FALSAFAH ISLAMIYAH oleh : Hazrat Mirza Ghulam Ahmad
"Persoalan pertama menyangkut masalah keadaan jasmani, akhlak dan rohani manusia. Qur’an menyatakan pembagian ini dengan menetapkan masing-masing dengan tiga sumber keadaan manusia, yaitu, tiga sumber yang mengalir dari tiga keadaan. Salah satu darinya adalah kondisi fisik manusia yang disebut dengan istilah nafs ammarah yang maknanya "jiwa yang tak terkontrol" atau “jiwa yang cenderung pada perbuatan buruk”. Allah berfirman:
"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh orang untuk berbuat jahat" (QS : 12:53)Sifat nafsu amarah ini cenderung mendorong orang untuk berbuat jahat, suka menuntun ke arah kelaliman dan tak bermoral, menghalangi jalan ke arah pencapaian kesempurnaan dan keluhuran moral. Kodrat manusia dalam tingkat tertentu dari perkembangannya cenderung kepada kejahatan dan pelanggaran. Orang akan menjadi sasaran tingkat yang rendah ini selama dia tak mau berjalan di atas cahaya kebijaksanan dan ilmu, dia masih tunduk kepada sifat rendah, seperti makan, minum, tidur, pemarah ataupun semena-mena, persis seperti binatang rendah.
Segera setelah ia terbebas dari kekangan nafsu hewani ini, dan dituntun oleh ilmu dan nalar, maka ia dapat memegang tali kendali keinginan kodratnya dan mengaturnya dan bukan diaturnya – tatkala perubahan ke arah kebaikan bekerja di jiwanya dari keburukan menuju kebajikan – maka ia dapat melewati tingkat fisik menuju ke tingkat rohani dalam arti yang sebenarnya. Sumber keadaan moral manusia dalam tingkat ini, menurut istilah Qur’an disebut nafsul-lawwamah maknanya "jiwa yang menyesali diri sendiri":
Ini adalah sumber dari mengalir budi pekerti yang lebih tinggi, manusia terbebas dari sifat hewani. Bersumpah dengan jiwa yang menyesali diri menunjukkan bahwa ia sadar apa yang dilakukannya. Perubahan dari jiwa pembangkangan kepada jiwa yang menyesali diri, ini adalah pertanda yang meyakinkan terjadinya perkembangan dan kesucian yang membuatnya patut mendapat perkenan dalam pandangan Ilahi.
Lawwamah makna harfiahnya “seseorang yang menyalahkan berkali-kali” dan nafsul-lawwamah (jiwa yang menyesali diri) dikatakan begitu karena seseorang menyalahkan diri sendiri untuk berbuat jahat dan berusaha kuat untuk mengekang jiwa dan nafsu kebinatangannya. Dia cenderung untuk melangkah ke arah akhlak yang mulia dan berbuat kebajikan, mentrans formasi kehidupannya agar seluruh tujuan dan tabiat itu ke arah yang lebih baik, dan mengekang nafsu serta keinginan rendahnya dan membiarkan supaya diam dan tetap terkurung di sana.
Namun demikian, "jiwa yang menyesali diri" itu walaupun telah menyalahkan diri sendiri yang berbuat jahat dan rusak, tapi ia belum mampu menguasai nafsu, atau belum cukup untuk melakukan kebajikan sepenuhnya. Nafsu daging itu kadang-kadang masih suka menguasainya, lalu tersungkur dan jatuh kembali. Kelemahan itu persis seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan yang sebenarnya tidak ingin jatuh, tetapi kakinya seringkali tak kuasa untuk menopangnya. Itu bukan berarti ia terus-menerus melakukan kesalahan, namun setiap kegagalan selalu membawa penyesalan baru. Dalam tingkatan ini, jiwanya bersemangat sekali ingin mencapai akhlak mulia dan melawan keingkaran sifat pertama, yaitu tingkat kebinatangan, tetapi, meskipun ia berusaha mengharapkan kebaikan, tapi kadang-kadang tergelincir juga dari kewajiban yang telah digariskan.
Tingkat ketiga atau tingkat terakhir dalam gerak langkah maju jiwa manusia, adalah tingkat rohani yang mantap. Jiwa pada tingkatan ini, menurut Qur’an disebut: nafsu mutmainnah atau "jiwa yang tenang":
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan dikau dengan rasa tenang, amat memuaskan di hati, masuklah di antara hamba-hamba-Ku, dan masuklah di Taman-Ku" (QS :89: 27-30).
Kini jiwa itu bebas dari segala kelemahan dan kerusakan lalu ditiupkan kepadanya kekuatan rohani. Ia begitu sempurna menyatu dengan Tuhan dan ia tak bisa hidup tanpa Dia. Bagaikan air yang mengalir dengan deras dari lereng, dan karena sangat derasnya dan tak ada rintangan samasekali, air itu meluncur dengan cepat tanpa ada yang menghalanginya, begitulah jiwa dalam tingkatan ini, telah memutuskan semua belenggu dan mengalir dengan deras menuju sang Khalik."
Kemudian apakah kehendak itu? menurut Bahasa Indonesia kehendak diartikan "keinginan". Jadi kehendak adalah keinginan yang mampu menggerakkan seluruh jiwa raga kita untuk melakukan tindakan. Saya contohkan begini, seseorang telah melakukan aksi mencuri tas, padahal dia tidak memahami akan arti untuk apa dia mencuri tas. Dia hanya ada perbuatan mencuri karena keterbatasan ekonomi, kekurangan uang, disuruh orang atau sejenisnya. Mampukan dia menguasai kehendak? karena terbukti dia melakukan pencurian tas maka dia gugur kehendaknya sehingga dapat mendatangkan aib dan noda atas dirinya. Apakah ini tidak termasuk nafsu? Ini bukan termasuk nafsu. Keduanya memiliki sifat dan karakter. Kalau bisa saya gambarkan bahwa kehendak adalah katagori perbuatan yang akan diperbuat sedangkan nafsu telah mendekati bahkan telah melakukan perbuatan. Oleh karenanya nafsu yang sekedar "membayangkan" hukumnya setingkat atau sama dengan "telah melakukan perbuatan". Untuk itu kita harus mampu menjaga dan mengendalikan nafsu, diantaranya adalah penguasaan diri akan keinginan yang bergejolak dalam hati.
Menurut bahasa Jawa "kehendak dapat diartikan sebagai "Nyet" yaitu perilaku seseorang yang tidak pernah terlihat tapi ada adanya, yaitu spersekian detik sebelum seseorang melakukan niat dan perbuatannya.
Untuk memperjelas ini saya gambarkan bahwa perilaku seseorang bergerak antara -->Nyet-->Niat-->Perbuatan. Disinilah hakekat Alloh memberikan sugesti bonus kepada manusia bahwa "barang siapa yang diberikan oleh-Nya nikmat ampunan adalah mereka yang meskipun sudah ada niat tapi belum melakukannya sebaliknya mereka yang telah memiliki "Nyet" dan telah diniatkan atasnya kebaikan meskipun belum ada perbuatan maka akan memperoleh pahala atasnya. Maha besar Alloh dengan segala kekuasaan atasNya. Dialah yang berhak memberikan pintu maaf atau pintu hidayah kepada manusia dan dialah yang akan menutup hati atasNya. Hal ini sangat tergantung kepada kita sebagai manusia yang menjadi hambaNya, dalam memahami kehendakNya.
Mampukah kita memahami atas kehendaknya ? standar kemampuan ada di iman dan ketaqwaan kita kepada Alloh S.W.T. yang akan mampu membuka "Hijab yang menyilimuti hati sehingga kita tidak berbuat yang Alloh tidak sukai. Semakin bersih hati kita dari noda dan kehendak aib maka akan semakin mampu kita memahami kehendak Alloh S.W.T. Untuk ini dibutuhkan syarat-syarat sehingga suci lahir dan bathin. Salah satunya adalah bertemu dengan hari raya idul fitri setelah melaksanakan kewajiban puasa ramadhan satu bulan, yang menjadi ajang bagaikan "kawah condrodimuko", membakar semua noda dan kehendak, sekaligus menata nafsu yang akan menentukan kadar ketaqwaan kita. Apakah kita termasuk pada kadar hewani atau insani semata (tingkat terendah), atau kadar khowasy (tingkat menengah) atau kita dekatkan diri pada-Nya hingga khowayil-khowasy (tingkat tertinggi)?. Hal ini membutuhkan latihan. Salah satu upaya kita untuk itu adalah "puasa" baik puasa sunat ataupun puasa yang telah kita jalani pada bulan romadhan sebagai kewajiban niat karena Alloh semata.
Perbuatan yang kita laksanakan berpuasa penuh satu bulan di bulan ramadhan telah mengentaskan kita dari "kawah condrodimuka" sehingga bersihkan kita sekaligus suci bagaikan bayi lahir. Selanjutnya bagaimana kita akan mengisi kebersihan dan kesucian kita pada perjalan yang akan kita laksanakan. Idul fitri akan terasa indah jika kita ikhlas melaksanakan puasa ramadhan.
Wassalamu'alaikum wa rokhmatullohi wa barokatuh.
Sumber : Ebook : FALSAFAH ISLAMIYAH oleh : Hazrat Mirza Ghulam Ahmad tahun 1910 Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Darul Kutubil Islamiyah melalui : "www.aaiil.org" halaman: 13 s-d 17 tanpa huruf Arab (khusus Al-Qur'an) untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Mohon maaf editorialnya tidak sesuai sumber. Terima kasih atas kunjungannya.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Anda telah silaturakhim keblog ini dengan misi didaktik metodik pembelajaran di SMK, sehingga setiap saat dapat berubah sesuai kompetensi Pembelajaran. Silahkan berikan komentar yang sangat berharga demi kemajuan blog ini. Sehubungan dengan hak cipta apabila ada konten Anda disini dengan rendah hati saya mohon ijin memuatnya dan jika tidak berkenan mohon konfirmasinya, Mari berbagi untuk info yang manfaat dan belajar sepanjang hayat, salam sukses buat Anda dan keluarga!!! Klik gambar emoticon berikut jika Anda ingin menggunakannya.